Pengertian Peluang
Peluang semata-mata adalah suatu cara untuk
menyatakan kesempatan terjadinya suatu peristiwa. Secara kualitatif peluang
dapat dinyatakan dalam bentuk kata sifat untuk menunjukkan kemungkinan
terjadinya suatu keadaan seperti “baik”, “lemah”, “kuat”, “miskin”, “sedikit”
dan lain sebagainya. Secara kuantitatif, peluang dinyatakan sebagai nilai-nilai
numeris baik dalam bentuk pecahan maupun desimal antara 0 dan 1. Peluang sama dengan 0 berarti sebuah peristiwa tidak bisa
terjadi sedangkan peluang sama dengan 1 berarti peristiwa tersebut pasti
terjadi.
Dalam kehidupan sehari-hari
kita sering mendengar perkiraan terjadinya hujan dalam bentuk peluang baik
secara kualitatif seperti “kemungkinannya kecil akan terjadi hujan esok hari”,
atau dalam bentuk kuantitatif seperti “kemungkinan hujan esok hari sekitar
30%”. Jelas di sini bahwa berbicara mengenai peluang kita dihadapkan dalam
suatu kondisi yang tidak pasti, akan tetapi kita hanya diberikan suatu petunjuk
atau gambaran seberapa besar keyakinan kita bahwa suatu peristiwa bisa terjadi.
Semakin besar nilai peluang yang dihasilkan dari suatu perhitungan maka semakin
besar keyakinan kita bahwa peristiwa itu akan terjadi. Dewasa ini, perkiraan
tentang akan terjadinya suatu gejala alam bukanlah sesuatu pekerjaan sederhana
akan tetapi telah melalui suatu proses perhitungan yang sangat kompleks. Gejala
sebuah peristiwa tidak hanya dikaji dari satu sisi saja, misalnya pengaruh
waktu, akan tetapi juga melibatkan banyak variabel yang terkait dengan
peristiwa tersebut. Olehkarena itu
peluang yang didasarkan pada latar belakang ilmiah bisa memberikan tingkat
keyakinan yang lebih tinggi bagi orang yang memerlukannya.
Salah satu cara untuk
menyatakan peluang dari suatu peristiwa adalah penggunaan diagram Venn seperti
yang dilukiskan dalam gambar 1. Meski
konvensional, tetapi cara ini ternyata lebih mudah dipahami oleh masyarakat
luas khususnya bagi orang-orang yang bukan berlatar belakang matematika.
Diagram Venn berbentuk persegi panjang untuk menyatakan semua peristiwa yang
bisa terjadi dan lingkaran untuk menggambarkan peluang terjadinya peristiwa
tertentu. Pengambaran diagram umumnya tidak menggunakan skala yang
sesungguhnya, artinya jika peluang terjadi peristiwa hujan 30% bukan berarti
bahwa lingkaran yang dimaksud luasnya harus 30% dari luas persegi panjang.
Peristiwa
Istilah peristiwa yang kita
kenal sehari-hari seringkali agak berbeda makna
jika kita berbicara tentang teori peluang. Biasanya orang berpikir bahwa
peristiwa adalah suatu kejadian layaknya peristiwa sejarah, gejala-gejala
fisik, pesta dan lain sebagainya. Dalam statistika, pengertian ini diperluas
dengan memasukkan unsur-unsur kesempatan atau peluang atas terjadinya suatu
peristiwa yang didasarkan pada hasil sebuah percobaan atau eksperimen yang
dilakukan secara berulang-ulang. Sebagai contoh peristiwa terambilnya kartu As
dari setumpuk kartu bridge, jumlah cairan yang disaring dari mesin pengisi,
jumlah kendaraan niaga yang melalui jalan protokol, jumlah barang yang cacat
dalam satu lot, dan karakteristik lainnya yang secara umum tidak dapat
disebutkan sebagai peristiwa.
Untuk
keperluan penentuan peluang ada gunanya untuk membagi peristiwa ke dalam dua
jenis peristiwa yakni peristiwa sederhana dan peristiwa majemuk. Peristiwa
sederhana tidak dapat dibagi lebih lanjut lagi ke dalam komponen-komponen peristiwa,
sedangkan peritiwa majemuk selalu memiliki dua atau lebih komponen peristiwa
sederhana. Peristiwa “Kartu Sekop” secara definisi adalah peristiwa sederhana
karena hanya ada satu jenis kartu sekop dalam setumpuk kartu bridge. Akan
tetapi peristiwa “As Sekop” dapat dianggap sebagai peristiwa majemuk karena
kartunya haruslah berisikan keduanya yakni kartu As dan kartu Sekop. Namun definisi ini tergantung dari pandangan
si pelaku percobaan. Bisa saja seseorang mengatakan bahwa As Sekop sebagai
suatu peristiwa sederhana jika dia mengganggap hal ini sebagai suatu kesatuan.
Pembagian jenis peristiwa ini dimaksudkan untuk kemudahan dalam mempelajari
teori peluang selanjutnya
Peluang disebut
juga dengan nilai kemungkinan.
Contoh :
Pada percobaan
melempar sebuah dadu bermata 6, pada ruang sampelnya terdapat sebanyak 6 titik
sampel, yaitu munculnya sisi dadu bermata 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.
Kejadian-kejadian yang mungkin terjadi misalnya :
Jika pada
percobaan tersebut diinginkan kejadian munculnya mata dadu prima, maka
mata dadu yang diharapkan adalah munculnya mata dadu 2, 3, dan 5, atau sebanyak
3 titik sampel. Sedang banyaknya ruang sampel adalah 6, maka peluang kejadian munculnya
mata dadu prima adalah
P (Mata dadu prima) = banyak kejadian yang mungkin
banyak kejadian mata dadu prima
= 3 / 6
= 1/2
Atau:
Menyatakan nilai
peluang suatu kejadian pada suatu percobaan dapat dinyatakan dengan
menggunakan cara :
Contoh:
Pada percobaan melempar sebuah koin bersisi angka (A) dan gambar (G) dengan sebuah dadu bermata 1 sampai 6 bersama-sama sebanyak satu kali. Berapa peluang munculnya pasangan koin sisi gambar dan dadu mata ganjil ?
Banyaknya kejadian
munculnya pasangan gambar dan mata dadu ganjil ada 3, yaitu (G,1), (G,3) dan
(G,5). Peluang kejadian munculnya pasangan gambar dan mata dadu ganjil adalah
|
||||||||||||||
P(Gambar dan ganjil) = n (gambar dan ganjil)
n (s)
= 3/12
= 1/4
Batas-Batas
Nilai Peluang
Nilai peluang
suatu kejadian (P) memenuhi sifat 0 < p < 1, yang berarti Jika P = 0, maka kejadian tersebut tidak pernah terjadi atau suatu kemustahilan .Jika P = 1, maka kejadian tersebut merupakan kepastian.
Jika A adalah
suatu kejadian yang terjadi, dan A’ adalah suatu kejadian dimana A tidak
terjadi, maka :
Contoh:
1. Sebuah dadu berbentuk mata enam dilempar sekali. Tentukan nilai peluang : a. munculnya mata dadu bilangan asli b. munculnya mata dadu 7
Jawab :
a. Nilai peluang munculnya mata dadu bilangan asli adalah 1, karena merupakan suatu kepastian. b. Nilai peluang munculnya mata dadu 7 adalah 0, karena merupakan suatu kemustahilan
Jawab :
p (mata dadu berjumlah 12) = 1 - p (bermata dadu 12)Banyaknya ruang sampel percobaan tersebut ada 36 kejadian, sedang kejadian muncul mata dadu berjumlah 12 ada 1 kejadian yaitu (6,6), sehingga :
= 1 - 1/36
= 35 / 36
Referensi:
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar