Sabtu, 07 September 2013

Skala Pengukuran Statistik

Skala Pengukuran Statistik
 
Skala Pengukuran digunakan untuk mengukur suatu variabel dalam rumusan masalah penelitian, dibutuhkan skala pengukuran.
Ada 4 macam skala pengukuran yaitu: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio.

1. Skala nominal
Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain.
Skala nominal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • berbentuk bilangan dan tidak dijumpai bilangan pecahan;
  • angka yang tertera hanyalah label;
  • tidak mempunyai urutan (ranking);
  • tidak mempunyai ukuran baru;
  • tidak mempunyai nol mutlak.
Analisis statitsik yang paling tepat untuk penelitian yang menggunakan pengukuran instrumennya melalui skala nominal adalah:
  • Uji Binomium (Binomium Test)
  • Uji Chi Kuadrat Satu Sampel (X2 One Sample Test)
  • Uji Perubahan Data Mc. Nemar (Mc Nemar Fot The Significant of Change)
  • Uji Chi Kuadrat Dua Sampel (X2 Test for Two Independent Sample)
  • Uji Chocran Q (Chocran Q-Test)
  • Uji Chi Kuadrat Lebih dari Dua Sampel (X2 Test for k Independent Samples)
  • Uji Koefisien Kontingensi [C] (Contingency Coefficient [C]).
Sedangkan tes statistik yang digunakan ialah menggunakan statistik non parametrik.
Berikut adalah beberapa contoh skala pengukuran jenis nominal:
  • Data Nominal Sebenarnya:
    1. Jenis Kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3). Angka (1)(2) dan (3) hanya sebagai label;
    2. Suku Daerah: Jawa (1), Madura (2), Bugis (3), Sunda (4), Batak (5), dan Minang (6).
    3. Agama yang dianut: Islam (1), Kristen (2), Hindu (3), Budha (4) dan lain-lainnya.
  • Data Nominal Tidak Sebenarnya:
    1. Lulus Ujian Lemhanas diberi angka (2), dan tidak lulus Lemhanas diberi angka (1). Angka (1) dan (2) hanya sebagai label saja.
    2. Tahun Produksi Kendaraan Bermotor: 2001(1), 2002(2), 2003(3), dan 2004(4). dan lain-lain.
 Contoh:
Data
Kode (a)
Kode (b)
Yuni
1
4
Desi
2
2
Ika
3
3
Astuti
4
1
Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata hanyalah untuk memberi tanda saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa mempengaruhi apa pun.
 
2. Skala ordinal
Adalah skala ranking, di mana kode yang diberikan memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang sama dan tidak ada nol mutlak.
Analisis statistik yang tepat adalah: Uji Kolmogorov-Sminov Satu Sampel, Uji Deret Satu Sampel, Uji Tanda, Uji Pasangan Tanda Wilcoxon, Uji Median, Uji Mann-Whitney U, Uji Kolmogorov-Smirov Dua Sampel, Uji Reaksi Ekstrim Moses, Uji Analisis Varian Dua Arah Friedman, Uji Koefesien Korelasi Rank Spearman, Uji Koefesien Korelasi Rank Kendall, dan Uji Koefesien Korelasi Rank Parsial Kendall.
Analisis statistik yang dapat digunakan adalah statistik non parametrik.
Contoh:
  • Mengukur Tingkat Prestasi Kerja
  • Mengukur Gaji Pegawai
  • Mengukur Ranking Kelas : I, II, III, IV
  • Mengukur Kejuaraan, misalnya Juara Liga Indonesia 1995: Persib(1), Petrokimia Gresik(2), Pupuk Kaltim(3).
  • Keteladanan: tingkat (1), tingkat (2), tingkat (3), dan tingkat (4).
  • Tingkat senioritas pegawai
  • Kepangkatan mi;liter: Jenderal(1), Letnan Jenderal(2), Mayor Jenderal(3), dan Brigadir Jenderal(4).
  • Status Sosial (Kaya(1), Sederhana(2), dan Miskin(3))
  • Daftar Urut Pegawai
Langkah-langkah pengerjaan apabila terjadi sama nilainya dalam data skala ordinal:
  • Urutkan data dari yang terendah sampai yang tertinggi atau sebaliknya
  • berilah angka 1 (tertinggi) dan 4 (terendah) Misalnya nilai proses mengajar di STAI Al-Jawami, didapat data berjenjang yaitu (IPK dan ranki): 3.8 (1); 3.2 (2); 3.2 (3); dan 3.0 (4).Pada data tersebut terdapat dua nilai yang sama yaiu 3.2 dengan ranking yang berbeda yaitu 2 dan 3. Maka untuk menentukan ranking dari keduanya adalah dengan menjumlahkan nilai ranking (2+3) dibagi jumlah mahasiswa yang rankingnya sama yaitu 2 orang, maka diperoleh hasil bahwa ranking untuk nilai 3.2 adalah masing-masing (2+3)1/2 = 2.5.
Contoh:
Data
Skala Kecantikan (a)
Skala Kecantikan (b)
Yuni
4
10
Desi
3
6
Ika
2
5
Astuti
1
1
Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni paling cantik (dengan skor tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah 4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan. Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama (1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa mempengaruhi hasil penelitian.
 
3. Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Analisis statistik yang cocok adalah: Uji t, Uji t dua sampel, Anova Satu Jalur, Anova Dua Jalur, Uji Person Product Moment, Uji Korelasi Parsial, Uji Korelasi Ganda, Uji Regresi, dan Uji Regresi Ganda. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik parametrik.

Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol mutlak. Contoh:
Data
Nilai Mata Kuliah (a)
Skor Nilai Mata Kuliah (b)
Yuni
A
4
Desi
B
3
Ika
C
2
Astuti
D
1
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan 4, B setara dengan 3, C setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol mutlak.
 
4. Skala rasio
Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:
 
Data
Tinggi Badan
Berat badan
Yuni
170
60
Desi
160
50
Ika
150
40
Astuti
140
30
Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya setiap satuan pengukuran mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan kelipatan antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh; Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.
 
Instrumen Pengukuran
        Adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel.
Macamnya :
        questionare ( untuk mengukur data qualitatif )
        Alat ukur scientific ( termometer, meteran, neraca, stopwach  dll ) untuk mengukur data quantitatif.
1.       Questionare
Merupakan instrumen yang banyak digunakan untuk mengukur data qualitatif,  seperti : sikap, pendapat, moral dll. Questionare dapat berupa pertanyaan atau pernayataan.
Skala yang dipakai : nominal, interval dan ordinal.




Hal yang penting dalam menyusun questionare adalah
        Gunakan bahasa yang mudah dimengerti,sopan, singkat dan jelas.
        Susun format yang menarik ( huruf, warna, editing ).
        Jangan tendensius dan menyinggung responden.
Buat pengantar bahwa anda membutuhkan jawaban  responden

2.       Uji Instrumen
Uji Reliabilitas
Reabilitas  tes  adalah  tingkat  keajegan  (konsitensi)  suatu  tes,  yakni  sejauh mana  suatu  tes  dapat  dipercaya  untuk  menghasilkan  skor  yang  relatif tidak  berubah  walaupun  diteskan  pada  situasi  yang  berbeda-beda. Reliabilitas  suatu  tes  adalah  taraf  sampai  dimana  suatu  tes  mampu menunjukkan konsisten hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan  dan  ketelitian  hasil.  Reliabel  tes  berhubungan  dengan  ketetapan hasil tes. 
        Secara garis besar terdapat 3 macam cara atau prosedur mempertimbangkan kualifikasi instrument penelitian yang dimaksud yaitu dengan teknik 1. Stabilitas, 2. Konsistensi instrument, 3. Equivalensi.
1.      Teknik Stabilitas
Suatu penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya berkaitan dengan emoat hal: 1. Subyek penelitian, 2. Construct yang diukur, 3. Instrument pengukur dan 4. Saat pengukuran. Penelitian kemungkinan bermaksud ubtuk menggunakan instrument pengukur construct yang sama terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua kali pada saa yang berbeda. Perbedan waktu antara pengukuran yang satu dengan pengukuran yang lain dapat berupa bilangan hari, minggu, bulan atau bahkan tahun. Penelitian ini bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari suatu waktu ke waktu berikutnya dngan cara menghitung koefisien korelasi dan skor jawaban responden yang dikur dengan instrument yang sama pada saat berbeda. Proses pengujian stabilitas yang dikenal juga dengan test-retesr reability pada dasarnya untuk mrngetahi realibilitas data berdasarkan stabilitas responden. Salah satu metode statistic yang diugunkan koefisien stabilitas adalah Pearson correlation.
2.      Teknik Ekuivalensi
Pengukuran realibilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrument pengukur yang berbeda untuk mengukur suatu custruct terhadap subyek penelitian tertentu pada saat yang sama. Pendekatan yang juga disebut dengan alternative form reliability ini lebih menekankan pada perbedaan bentuk instrument, sedang subyek penelitian, construct dan saaat pengukurannya adalah sama. Penelitian melalui penekatan ini menguji korelasi skr jawaban responden untuk mengetahui koefisien ekuivalensi antara skor jawaban dengan menggunakan instrument pengukuran yang berbeda.
3.      Tekhnik Konsistensi Internal
Pengujian terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrument merupakan alternative lain yang dapat dilakukan oleh penelitian untuk menguji reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi,. Konsep reliablitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi diantara butir-butir pertanyaan suatu instrument. Tingkat keterkaitan antara butir pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrument untuk mengukur construct tertentu menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrume yang berangkutan. Untuk mengukur konsistensi internal, peneliti hanya memerlukan sekali pengujian dengan menggunakan teknik statistic tertentu terhadap skor jawaban responden yang dihasilkan dari penggunaan instrument yang bersangkutan. Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk mengukur konsistensi internal yaitu: (1) Split-half reliability, (2) Kuder-Richardson #20 dan (3) Cronbach’s alpa.
a.       Split-half reliability (Belah Dua)
Sebuah tes diberikan dan dibagi menjadi dua bagian dan mencetak secara terpisah, maka nilai satu setengah dari uji dibandingkan dengan skor tersisa separuhnya untuk menguji keandalan. Split-Setengah Keandalan adalah ukuran berguna ketika tidak praktis atau tidak diinginkan untuk menilai reliabilitas dengan dua tes atau memiliki administrasi menguji dua (karena keterbatasan waktu atau uang).
b.      Kuder-Richardson Formula 20
Cara lain untuk mengevaluasi internal tes akan menggunakan Kuder-Richardson 20. Ini hanya disarankan jika Anda memiliki item dikotomi dalam tes (biasanya untuk jawaban benar atau salah).
     



c.        Alpha Cronbach / Koefisien Alpha
Cronbach Alpha / Koefisien Alpha formula adalah rumus umum untuk memperkirakan keandalan tes yang terdiri dari item yang bobot penilaian yang berbeda dapat ditugaskan untuk respon yang berbeda
d.      Kesalahan Baku Pengukuran
Besarnya kesalahan baku pengukuran akan tergantung oleh besarnya indeks reliabilitas juga akan mempengaruhi kecermatan alat ukur yang bersangkutan untuk mengukur cirri laten tertentu peserta uji

Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan dua cara, yaitu :
1.     reliabilitas eksternal :
teknik paralel (double test double trial). Dengan menggunakan teknik  ini peneliti menyusun dua perangkat instrumen. Kedua instrumen tersebut sama- sama diuji cobakan kepada  sekelompok responden saja (responden mengerjakan  dua kali) kemudian hasil dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan dengan korelasi Pearson

2.     Reliabilitas Internal
Uji reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari hasil uji coba. Untuk menguji reliabilitas internal dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah rumus Alpha.Penggunaan rumus Alpha didasarkan atas pertimbangan bahwa rumus ini dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen yang skornya berbentuk skala 1 –5. Selain itu, teknik ini pun cocok dilakukan untuk mencari reliabilitas tes bentuk uraian (Arikunto,
1986 : 163)

Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan  tingkat  kesahihan suatu tes.  Suatu  tes  dikatakan  valid  apabila  tes  tersebut  mengukur  apa  yang hendak  diukur.  Tes  memiliki  validitas  yang   tinggi  jika  hasilnya  sesuai dengan  kriteria,  dalam  arti  memiliki  kesejajaran  antara  tes  dan  kriteria. Untuk  menguji    validitas  setiap  butir soal  maka  skor-skor yang ada p ada butir  yang  dimaksud  dikorelasikan  dengan  skor  totalnya.  Skor  tiap  butir soal dinyatakan skor  X  dan skor  total dinyatakan sebagai  skor Y, dengan diperolehnya  indeks validitas setiap butir soal,  dapat  diketahui butir-butir soal  manakah  yang  memenuhi  syarat  dilihat  dari  indeks  validitasnya


Ada sejumlah cara mempertimbangkan kadar validitas sebuah instrumen yang secara garis besar dap[at dibedakan kedalam dua kategori. Kategori pertama yang pertimbangannya lewat analisis rasional yaitu content validity (validitas isi) dan construct validity (validitas konstruk). Sedangkan validitas kategori kedua misalnya adalah validitas sejalan, validitas kriteria dan validitas ramalan.
Validitas isi merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.
Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri validitas yang sesungguhnya.
Apakah validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur, sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.
Validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.
Walaupun pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris lainnya, akan tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk koefisien validitas tunggal. Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada alat ukur yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal.
Jenis validitas kedua yang bersifat empiric memerlukan data-data di lapangan dari hasil uji coba yang berwujud data kuantitatif. Jadi untuk keperluan analsis validitas itu diperlukan jasa statistic. Validitas sejalan mempertanyakan apakah kemampuan apresiasi sastra sejalan dengan kemampuan membaca. Untu itu, perlu dilakukan dua kali pengukuran dalam dua bidang yang sejenis tersebut kpada subjek penelitian yang sama. Hasilmnua Dianalisis dngan teknik korelasi product moment.

Sumber :
 http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/skala-pengukuran-statistik.html
http://prakosoisme.blogspot.com/2011/10/uji-instrumen-penelitian.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar