Skala Pengukuran Statistik
Skala Pengukuran digunakan untuk mengukur suatu variabel dalam rumusan masalah penelitian, dibutuhkan
skala pengukuran.
Ada 4 macam skala pengukuran yaitu: skala nominal,
skala ordinal, skala interval dan skala rasio.
1. Skala nominal
Adalah skala yang semata-mata hanya untuk memberikan
indeks, atau nama saja dan tidak mempunyai makna yang lain.
Skala nominal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- berbentuk bilangan dan tidak dijumpai bilangan
pecahan;
- angka yang tertera hanyalah label;
- tidak mempunyai urutan (ranking);
- tidak mempunyai ukuran baru;
- tidak mempunyai nol mutlak.
Analisis statitsik yang paling tepat
untuk penelitian yang menggunakan pengukuran instrumennya melalui skala nominal
adalah:
- Uji Binomium (Binomium Test)
- Uji Chi Kuadrat Satu Sampel (X2 One Sample Test)
- Uji Perubahan Data Mc. Nemar (Mc Nemar Fot The
Significant of Change)
- Uji Chi Kuadrat Dua Sampel (X2 Test for Two
Independent Sample)
- Uji Chocran Q (Chocran Q-Test)
- Uji Chi Kuadrat Lebih dari Dua Sampel (X2 Test
for k Independent Samples)
- Uji Koefisien Kontingensi [C] (Contingency
Coefficient [C]).
Sedangkan tes statistik yang digunakan ialah
menggunakan statistik non parametrik.
Berikut adalah beberapa contoh skala
pengukuran jenis nominal:
- Data Nominal Sebenarnya:
- Jenis Kulit: Hitam (1), Kuning (2), Putih (3).
Angka (1)(2) dan (3) hanya sebagai label;
- Suku Daerah: Jawa (1), Madura (2), Bugis (3),
Sunda (4), Batak (5), dan Minang (6).
- Agama yang dianut: Islam (1), Kristen (2), Hindu
(3), Budha (4) dan lain-lainnya.
- Data Nominal Tidak Sebenarnya:
- Lulus Ujian Lemhanas diberi angka (2), dan tidak
lulus Lemhanas diberi angka (1). Angka (1) dan (2) hanya sebagai label
saja.
- Tahun Produksi Kendaraan Bermotor: 2001(1),
2002(2), 2003(3), dan 2004(4). dan lain-lain.
Contoh:
Data
|
Kode (a)
|
Kode (b)
|
Yuni
|
1
|
4
|
Desi
|
2
|
2
|
Ika
|
3
|
3
|
Astuti
|
4
|
1
|
Keterangan: Kode 1 sampai dengan 4 (a) semata-mata
hanyalah untuk memberi tanda saja, dan tidak dapat dipergunakan sebagai
perbandingan antara satu data dengan data yang lain. Kode tersebut dapat saling
ditukarkan sesuai dengan keinginan peneliti (menjadi alternatif b) tanpa
mempengaruhi apa pun.
2. Skala ordinal
Adalah skala ranking, di mana kode yang diberikan
memberikan urutan tertentu pada data, tetapi tidak menunjukkan selisih yang
sama dan tidak ada nol mutlak.
Analisis statistik yang tepat adalah:
Uji Kolmogorov-Sminov Satu Sampel, Uji Deret Satu Sampel, Uji Tanda, Uji
Pasangan Tanda Wilcoxon, Uji Median, Uji Mann-Whitney U, Uji Kolmogorov-Smirov
Dua Sampel, Uji Reaksi Ekstrim Moses, Uji Analisis Varian Dua Arah Friedman,
Uji Koefesien Korelasi Rank Spearman, Uji Koefesien Korelasi Rank Kendall, dan
Uji Koefesien Korelasi Rank Parsial Kendall.
Analisis statistik yang dapat
digunakan adalah statistik non parametrik.
Contoh:
Contoh:
- Mengukur Tingkat Prestasi Kerja
- Mengukur Gaji Pegawai
- Mengukur Ranking Kelas : I, II, III, IV
- Mengukur Kejuaraan, misalnya Juara Liga Indonesia
1995: Persib(1), Petrokimia Gresik(2), Pupuk Kaltim(3).
- Keteladanan: tingkat (1), tingkat (2), tingkat
(3), dan tingkat (4).
- Tingkat senioritas pegawai
- Kepangkatan mi;liter: Jenderal(1), Letnan
Jenderal(2), Mayor Jenderal(3), dan Brigadir Jenderal(4).
- Status Sosial (Kaya(1), Sederhana(2), dan
Miskin(3))
- Daftar Urut Pegawai
Langkah-langkah pengerjaan apabila terjadi sama
nilainya dalam data skala ordinal:
- Urutkan data dari yang terendah sampai yang
tertinggi atau sebaliknya
- berilah angka 1 (tertinggi) dan 4 (terendah) Misalnya
nilai proses mengajar di STAI Al-Jawami, didapat data berjenjang yaitu
(IPK dan ranki): 3.8 (1); 3.2 (2); 3.2 (3); dan 3.0 (4).Pada data tersebut
terdapat dua nilai yang sama yaiu 3.2 dengan ranking yang berbeda yaitu 2
dan 3. Maka untuk menentukan ranking dari keduanya adalah dengan
menjumlahkan nilai ranking (2+3) dibagi jumlah mahasiswa yang rankingnya
sama yaitu 2 orang, maka diperoleh hasil bahwa ranking untuk nilai 3.2
adalah masing-masing (2+3)1/2 = 2.5.
Contoh:
Data
|
Skala Kecantikan (a)
|
Skala Kecantikan (b)
|
Yuni
|
4
|
10
|
Desi
|
3
|
6
|
Ika
|
2
|
5
|
Astuti
|
1
|
1
|
Skala kecantikan (a) di atas menunjukkan bahwa Yuni
paling cantik (dengan skor tertinggi 4), dan Astuti yang paling tidak cantik
dengan skor terendah (1). Akan tetapi, tidak dapat dikatakan bahwa Yuni adalah
4 kali lebih cantik dari pada Astuti. Skor yang lebih tinggi hanya menunjukkan
skala pengukuran yang lebih tinggi, tetapi tidak dapat menunjukkan kelipatan.
Selain itu, selisih kecantikan antara Yuni dan Desi tidak sama dengan selisih
kecantikan antara Desi dan Ika meskipun keduanya mempunyai selisih yang sama
(1). Skala kecantikan pada (a) dapat diganti dengan skala kecantikan (b) tanpa
mempengaruhi hasil penelitian.
3. Skala interval
Skala interval adalah skala yang
menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot
yang sama. Analisis statistik yang cocok adalah: Uji t, Uji t dua sampel, Anova
Satu Jalur, Anova Dua Jalur, Uji Person Product Moment, Uji Korelasi Parsial,
Uji Korelasi Ganda, Uji Regresi, dan Uji Regresi Ganda. Uji statistik yang
digunakan adalah uji statistik parametrik.
Skala pengukuran yang mempunyai selisih sama antara
satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki nilai nol
mutlak. Contoh:
Data
|
Nilai Mata Kuliah (a)
|
Skor Nilai Mata Kuliah (b)
|
Yuni
|
A
|
4
|
Desi
|
B
|
3
|
Ika
|
C
|
2
|
Astuti
|
D
|
1
|
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai A setara dengan
4, B setara dengan 3, C setara dengan 2 dan D setara dengan 1. Selisih antara
nilai A dan B adalah sama dengan selisih antara B dan C dan juga sama persis
dengan selisih antara nilai C dan D. Akan tetapi, tidak boleh dikatakan bahwa
Yuni adalah empat kali lebih pintar dibandingkan Astuti, atau Ika dua kali
lebih pintas dari pada Astuti. Meskipun selisihnya sama, tetapi tidak mempunyai
nilai nol mutlak.
4. Skala rasio
Adalah skala pengukuran yang paling tinggi di mana
selisih tiap pengukuran adalah sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Contoh:
Data
|
Tinggi Badan
|
Berat badan
|
Yuni
|
170
|
60
|
Desi
|
160
|
50
|
Ika
|
150
|
40
|
Astuti
|
140
|
30
|
Tabel di atas adalah menggunakan skala rasio, artinya
setiap satuan pengukuran mempunyai satuan yang sama dan mampu mencerminkan
kelipatan antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain. Sebagai contoh;
Yuni mempunyai berat badan dua kali lipat berat Astuti, atau, Desi mempunyai
tinggi 14,29% lebih tinggi dari pada Astuti.
Instrumen Pengukuran
•
Adalah
alat yang digunakan untuk mengukur variabel.
Macamnya :
•
questionare
( untuk mengukur data qualitatif )
•
Alat
ukur scientific ( termometer, meteran, neraca, stopwach dll ) untuk mengukur data quantitatif.
1.
Questionare
Merupakan instrumen yang banyak digunakan untuk mengukur data
qualitatif, seperti : sikap, pendapat,
moral dll. Questionare dapat berupa pertanyaan atau
pernayataan.
Skala yang dipakai : nominal, interval dan ordinal.
Hal yang penting dalam menyusun questionare
adalah
•
Gunakan
bahasa yang mudah dimengerti,sopan, singkat dan jelas.
•
Susun
format yang menarik ( huruf, warna, editing ).
•
Jangan
tendensius dan menyinggung responden.
Buat pengantar bahwa anda membutuhkan jawaban responden
2. Uji Instrumen
Uji Reliabilitas
Reabilitas
tes adalah tingkat keajegan (konsitensi)
suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes
dapat dipercaya untuk menghasilkan skor
yang relatif tidak berubah walaupun diteskan
pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes adalah taraf
sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsisten
hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan
ketelitian hasil. Reliabel tes berhubungan
dengan ketetapan hasil tes.
Secara garis
besar terdapat 3 macam cara atau prosedur mempertimbangkan kualifikasi
instrument penelitian yang dimaksud yaitu dengan teknik 1. Stabilitas, 2.
Konsistensi instrument, 3. Equivalensi.
1. Teknik Stabilitas
Suatu
penelitian yang menggunakan data primer, setidaknya berkaitan dengan emoat hal:
1. Subyek penelitian, 2. Construct yang diukur, 3. Instrument pengukur dan 4.
Saat pengukuran. Penelitian kemungkinan bermaksud ubtuk menggunakan instrument
pengukur construct yang sama terhadap subyek penelitian tertentu sebanyak dua
kali pada saa yang berbeda. Perbedan waktu antara pengukuran yang satu dengan
pengukuran yang lain dapat berupa bilangan hari, minggu, bulan atau bahkan
tahun. Penelitian ini bermaksud untuk menguji stabilitas jawaban responden dari
suatu waktu ke waktu berikutnya dngan cara menghitung koefisien korelasi dan
skor jawaban responden yang dikur dengan instrument yang sama pada saat
berbeda. Proses pengujian stabilitas yang dikenal juga dengan test-retesr
reability pada dasarnya untuk mrngetahi realibilitas data berdasarkan
stabilitas responden. Salah satu metode statistic yang diugunkan koefisien
stabilitas adalah Pearson correlation.
2. Teknik Ekuivalensi
Pengukuran
realibilitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan instrument pengukur yang
berbeda untuk mengukur suatu custruct terhadap subyek penelitian tertentu pada
saat yang sama. Pendekatan yang juga disebut dengan alternative form
reliability ini lebih menekankan pada perbedaan bentuk instrument, sedang
subyek penelitian, construct dan saaat pengukurannya adalah sama. Penelitian
melalui penekatan ini menguji korelasi skr jawaban responden untuk mengetahui
koefisien ekuivalensi antara skor jawaban dengan menggunakan instrument
pengukuran yang berbeda.
3. Tekhnik Konsistensi Internal
Pengujian
terhadap konsistensi internal yang dimiliki oleh suatu instrument merupakan
alternative lain yang dapat dilakukan oleh penelitian untuk menguji
reliabilitas, disamping pengukuran koefisien stabilitas dan ekuivalensi,.
Konsep reliablitas menurut pendekatan ini adalah konsistensi diantara
butir-butir pertanyaan suatu instrument. Tingkat keterkaitan antara butir
pertanyaan atau pernyataan dalam suatu instrument untuk mengukur construct
tertentu menunjukkan tingkat reliabilitas konsistensi internal instrume yang
berangkutan. Untuk mengukur konsistensi internal, peneliti hanya memerlukan
sekali pengujian dengan menggunakan teknik statistic tertentu terhadap skor
jawaban responden yang dihasilkan dari penggunaan instrument yang bersangkutan.
Ada 3 teknik yang dapat digunakan untuk mengukur konsistensi internal yaitu:
(1) Split-half reliability, (2) Kuder-Richardson #20 dan (3) Cronbach’s alpa.
a. Split-half
reliability (Belah Dua)
Sebuah tes diberikan dan dibagi
menjadi dua bagian dan mencetak secara terpisah, maka nilai satu setengah dari
uji dibandingkan dengan skor tersisa separuhnya untuk menguji keandalan.
Split-Setengah Keandalan adalah ukuran berguna ketika tidak praktis atau tidak
diinginkan untuk menilai reliabilitas dengan dua tes atau memiliki administrasi
menguji dua (karena keterbatasan waktu atau uang).
b.
Kuder-Richardson Formula 20
Cara lain untuk mengevaluasi
internal tes akan menggunakan Kuder-Richardson 20. Ini hanya disarankan jika
Anda memiliki item dikotomi dalam tes (biasanya untuk jawaban benar atau
salah).
c. Alpha
Cronbach / Koefisien Alpha
Cronbach Alpha / Koefisien Alpha formula adalah rumus
umum untuk memperkirakan keandalan tes yang terdiri dari item yang bobot
penilaian yang berbeda dapat ditugaskan untuk respon yang berbeda
d. Kesalahan Baku
Pengukuran
Besarnya
kesalahan baku pengukuran akan tergantung oleh besarnya indeks reliabilitas
juga akan mempengaruhi kecermatan alat ukur yang bersangkutan untuk mengukur
cirri laten tertentu peserta uji
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan dua cara,
yaitu :
1.
reliabilitas eksternal :
teknik paralel (double test double trial). Dengan
menggunakan teknik ini peneliti menyusun
dua perangkat instrumen. Kedua instrumen tersebut sama- sama diuji cobakan
kepada sekelompok responden saja
(responden mengerjakan dua kali)
kemudian hasil dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan dengan korelasi
Pearson
2.
Reliabilitas Internal
Uji reliabilitas internal diperoleh dengan cara
menganalisis data dari hasil uji coba. Untuk menguji reliabilitas internal
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah rumus
Alpha.Penggunaan rumus Alpha didasarkan atas pertimbangan bahwa rumus ini dapat
digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen yang skornya berbentuk skala 1
–5. Selain itu, teknik ini pun cocok dilakukan untuk mencari reliabilitas tes
bentuk uraian (Arikunto,
1986 : 163)
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan
valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Tes memiliki validitas
yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan
kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran
antara tes dan kriteria. Untuk menguji
validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada p
ada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan
skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan
skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan
diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui
butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat
dilihat dari indeks validitasnya
Ada sejumlah
cara mempertimbangkan kadar validitas sebuah instrumen yang secara garis besar
dap[at dibedakan kedalam dua kategori. Kategori pertama yang pertimbangannya
lewat analisis rasional yaitu content validity (validitas isi) dan
construct validity (validitas konstruk). Sedangkan validitas
kategori kedua misalnya adalah validitas sejalan, validitas kriteria dan
validitas ramalan.
Validitas isi
merupakan validitas yang diperhitumgkan melalui pengujian terhadap isi alat
ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi
ini adalah "sejauhmana item-item dalam suatu alat ukur mencakup
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang
bersangkutan?" atau berhubungan dengan representasi dari keseluruhan
kawasan.
Pengertian
"mencakup keseluruhan kawasan isi" tidak saja menunjukkan bahwa alat
ukur tersebut harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi
yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Walaupun isi atau
kandungannya komprehensif tetapi bila suatu alat ukur mengikutsertakan pula
item-item yang tidak relevan dan berkaitan dengan hal-hal di luar tujuan
ukurnya, maka validitas alat ukur tersebut tidak dapat dikatakan memenuhi ciri
validitas yang sesungguhnya.
Apakah
validitas isi sebagaimana dimaksudkan itu telah dicapai oleh alat ukur,
sebanyak tergantung pada penilaian subjektif individu. Dikarenakan estimasi
validitas ini tidak melibatkan komputasi statistik, melainkan hanya dengan
analisis rasional maka tidak diharapkan bahwa setiap orang akan sependapat dan
sepaham dengan sejauhmana validitas isi suatu alat ukur telah tercapai.
Validitas
konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana alat ukur mengungkap
suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstruk merupakan proses yang terus berlanjut sejalan
dengan perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.
Walaupun
pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis statistik yang
lebih kompleks daripada teknik yang dipakai pada pengujian validitas empiris
lainnya, akan tetapi validitas konstruk tidaklah dinyatakan dalam bentuk
koefisien validitas tunggal. Konsep validitas konstruk sangatlah berguna pada
alat ukur yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal.
Jenis
validitas kedua yang bersifat empiric memerlukan data-data di lapangan dari
hasil uji coba yang berwujud data kuantitatif. Jadi untuk keperluan analsis
validitas itu diperlukan jasa statistic. Validitas sejalan mempertanyakan
apakah kemampuan apresiasi sastra sejalan dengan kemampuan membaca. Untu itu,
perlu dilakukan dua kali pengukuran dalam dua bidang yang sejenis tersebut
kpada subjek penelitian yang sama. Hasilmnua Dianalisis dngan teknik korelasi product moment.
Sumber :
http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/skala-pengukuran-statistik.html
http://prakosoisme.blogspot.com/2011/10/uji-instrumen-penelitian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar